in

Yuk, Kenali Berbagai Gejala Intoleransi Laktosa yang Sering Terjadi

Gejala Umum Intoleransi Laktosa. Foto: Istock.

Intoleransi laktosa terjadi ketika tubuh tidak bisa mencerna produk yang mengandung laktosa, yaitu gula yang ada dalam susu dan produk olahannya seperti mentega, keju, dan es krim. Jika tubuh kekurangan enzim laktase, laktosa tidak dapat diubah menjadi energi, sehingga menyebabkan berbagai masalah pencernaan. Gejala intoleransi laktosa muncul ketika tubuh tidak bisa mencerna laktosa dengan baik dari makanan yang dikonsumsi. Jadi, apa saja gejala yang mungkin dirasakan oleh seseorang yang mengalami intoleransi laktosa? Yuk, simak penjelasan berikut ini!

1. Muntah dan mual

Ilustrasi Mengalami Mual. Foto: Istock.

Pada beberapa orang, intoleransi laktosa dapat menyebabkan mual atau bahkan muntah. Gejala ini biasanya muncul antara 30 menit hingga dua jam setelah mengonsumsi produk susu. Mual dan muntah terjadi karena sistem pencernaan tidak bisa mencerna laktosa dengan baik.

Ketika ada terlalu banyak laktosa di perut, otak menganggapnya sebagai zat asing yang perlu segera dikeluarkan. Untuk mengatasi kelebihan laktosa dan meredakan gejala lainnya, otak memicu saraf-saraf di perut untuk menyebabkan rasa mual dan dorongan muntah. Ini adalah cara tubuh mencoba menghilangkan laktosa yang tidak bisa dicerna secara efektif.

2. Sakit perut

Gejala lain dari intoleransi laktosa yang sering terjadi adalah sakit perut. Setelah mengonsumsi produk susu, kamu mungkin mengalami rasa sakit, kram, atau perut yang terasa melilit. Gejala ini dapat dialami oleh bayi, anak-anak, maupun orang dewasa yang memiliki intoleransi laktosa. Sakit perut terjadi karena lambung tidak dapat memecah laktosa dengan baik, sehingga laktosa masuk ke usus besar.

Laktosa akan difermentasi di usus besar menjadi asam lemak rantai pendek dan gas seperti hidrogen, metana, dan karbon dioksida. Kenaikan kadar asam dan gas inilah yang menyebabkan perut terasa nyeri dan kram, terutama di sekitar pusar dan bagian bawah perut. Jika kamu mengalami gejala ini setelah mengonsumsi produk susu, mungkin saatnya untuk mencari alternatif yang lebih cocok untuk pencernaanmu.

3. Perut kembung

Ilustrasi Perut Kembung. Foto: Freepik.

Perut kembung adalah salah satu gejala umum bagi orang yang intoleran terhadap produk susu. Ketika tubuh tidak dapat menyerap laktosa, karbohidrat ini masuk ke usus besar dan difermentasi oleh bakteri usus. Selama proses ini, bakteri menghasilkan gas, dan usus menarik lebih banyak air dari tubuh. Hasilnya, usus menjadi penuh dengan gas dan cairan, yang menyebabkan rasa kembung atau begah di perut.

Gejala kembung ini bisa terjadi terlepas dari seberapa banyak produk susu yang dikonsumsi. Bahkan sedikit laktosa bisa menyebabkan perut terasa penuh dan tidak nyaman, karena proses fermentasi dan penumpukan gas serta cairan tetap berlangsung. Jika kamu sering mengalami perut kembung setelah mengonsumsi produk susu, mungkin saatnya mempertimbangkan pilihan makanan tanpa laktosa untuk mengurangi gejala tersebut.

4. Sendawa atau kentut

Jika laktosa tidak dicerna dengan baik, kamu mungkin akan sering mengalami kentut atau sendawa. Ketika usus mencerna laktosa, gas yang dihasilkan, seperti hidrogen dan metana, disebut gas endogen. Agar perut tidak terus-menerus merasa kembung, gas-gas ini harus dikeluarkan dari tubuh.

Biasanya, gas ini akan keluar melalui dubur sebagai kentut atau melalui mulut sebagai sendawa. Pada beberapa orang dengan intoleransi laktosa, gas yang dihasilkan juga bisa mengandung hidrogen sulfida, terutama jika mereka mengonsumsi susu bersama makanan seperti bawang atau telur. Ini dapat membuat bau gas lebih tidak sedap dan membuat perut merasa tidak nyaman.

5. Diare

Diare adalah salah satu gejala utama intoleransi laktosa. Gejala ini lebih sering terjadi pada bayi dan anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada kondisi intoleransi laktosa, laktosa seharusnya dicerna di usus besar dan diubah menjadi asam lemak rantai pendek. Sebagian besar asam lemak ini diserap kembali oleh tubuh, tetapi sisanya dapat menambah jumlah cairan di usus besar.

Ketika cairan di usus besar meningkat, lebih banyak air ikut terbawa dalam tinja, yang menyebabkan diare. Biasanya, diare muncul jika usus besar menampung sekitar 45 gram karbohidrat sekaligus, setara dengan minum 3-4 cangkir susu dalam kondisi perut kosong. Mengenali gejala ini dapat membantu menghindari makanan yang mengandung laktosa dan mencari alternatif makanan yang lebih aman untuk pencernaan.