Pernah membayangkan bagaimana rasanya berada di luar angkasa? Mungkin terdengar menyenangkan karena sangat berbeda dengan Bumi yang memiliki gaya gravitasi. Di luar angkasa, kamu akan merasakan tubuh bisa melayang karena tubuh terasa ringan. Namun, apakah benar bahwa jika kita tidak mengenakan pakaian khusus di ruang angkasa, tubuh kita akan langsung membeku? Untuk menjawab rasa penasaranmu, berikut ini adalah penjelasan lengkapnya.
Apa yang dialami tubuh saat berada di ruang angkasa?
Astronaut yang mengenakan pakaian lengkap khusus luar angkasa atau selalu berada di dalam pesawat ruang angkasa akan merasakan juga beberapa efek pada tubuh saat berada di ruang angkasa. Efek yang dialami awak di ruang angkasa disebut sebagai space sickness yaitu para awak akan merasakan kekuatan gravitasi yang lemah di ruang angkasa pertama kali. Selain itu, ada beberapa gejala lain yang dirasakan selama berada di luar angkasa:
- Space sickness. Astronaut akan mengalami space sickness dapat menimbulkan beberapa gejala seperti rasa sakit kepala, pusing, sampai muntah-muntah. Kondisi ini terjadi karena salah satu organ kecil di telinga kita yang bernama vestibular tidak berfungsi secara maksimal. Di Bumi dengan kekuatan gravitasi yang normal, vestibular dapat menjaga keseimbangan tubuh dan secara konstan mengirim sinyal yang berkaitan dengan informasi gravitasi dan kecepatan ke otak. Hal ini tidak bisa dilakukan vestibular ketika tubuh manusia berada di ruang angkasa sehingga otak kita akan merasa bingung dengan kondisi di sekitar yang kemudian menimbulkan space sickness. Beruntungnya, kondisi ini hanya berlangsung selama beberapa saat saja, setidaknya sampai tubuh si astronaut mulai beradaptasi dengan kondisi ruang angkasa.
- Pembengkakan wajah dan selaput lendir di hidung. Wajah astronot di ruang angkasa dapat tampak lebih bengkak. Ini disebabkan oleh minimnya gravitasi yang membuat cairan di tubuh astronot, khususnya di wajah, tidak dapat bergerak seperti di Bumi. Selain itu, selaput lendir di hidung astronot juga dapat membengkak, menyebabkan hidung mereka tersumbat. Meskipun bukan merupakan penyakit, kondisi ini dapat diatasi sendiri oleh astronot setelah tubuh mereka beradaptasi dengan ruang angkasa.
- Terjadinya pelemahan otot dan tulang. Astronot yang telah berada di ruang angkasa untuk waktu yang lama mungkin akan merasakan pelemahan otot dan tulang, terutama di bagian kaki dan punggung bawah. Kondisi ini disebabkan oleh gravitasi yang lemah di ruang angkasa. Di Bumi, otot bekerja secara terus-menerus untuk menjaga postur tubuh yang stabil, namun di ruang angkasa, otot tersebut tidak terlalu aktif karena postur tubuh astronot akan tetap. Hal ini mengakibatkan pelemahan otot dan penurunan massa tulang.
- Terkena paparan radiasi. Efek yang dirasakan jika terlalu lama berada di ruang angkasa yaitu terkena paparan radiasi yang tinggi di ruang angkasa dapat meningkatkan risiko penyakit bagi para astronaut. Paparan radiasi ini dapat menyebabkan risiko terkena kanker jika terjadi dalam jangka waktu yang lama. Karena di ruang angkasa tidak ada atmosfer yang dapat melindungi tubuh dari paparan radiasi, astronot rentan terhadap paparan tersebut.
Benarkah tubuh manusia akan membeku seketika saat berada di ruang angkasa?
Banyak rumor yang beredar jika tidak mengenakan pakaian pelindung di ruang angkasa akan menyebabkan tubuh membeku secara instan. Namun, hal ini sebenarnya adalah kesalahpahaman. Meskipun ruang angkasa memiliki suhu yang sangat rendah, proses pendinginan tubuh manusia tanpa perlindungan tidak akan terjadi secara seketika. Radiasi termal memegang peranan penting dalam hal ini.
Radiasi termal memainkan peran penting dalam proses perpindahan suhu di ruang angkasa. Ketika tubuh manusia berada semakin jauh dari sumber panas, tubuh akan mengalami pendinginan. Meski begitu, ini tidak berarti tubuh akan membeku secara instan saat berada di bagian paling kosong di ruang angkasa.
Meskipun suhu tubuh akan menurun, proses pendinginan tidak akan terjadi secara seketika akibat radiasi termal yang diterima. Dilansir dari Columbia Daily Tribune, dibutuhkan waktu 18 hingga 36 jam bagi tubuh manusia untuk membeku secara total saat berada di ruang angkasa. Walaupun berbahaya, hal tersebut bukanlah yang perlu dipertimbangkan dengan serius.
Sistem pernapasan bisa meledak saat berada di ruang angkasa
Sebelumnya telah diuraikan beberapa dampak yang bisa dirasakan ketika berada di luar angkasa. Namun, ada dampak lain yang jauh lebih berbahaya jika tubuh manusia terpapar langsung di ruang angkasa tanpa perlindungan, yaitu sistem pernapasan yang berpotensi meledak.
Kondisi tanpa perlindungan di ruang angkasa akan membuat tubuh merasa sesak napas karena kekurangan udara. Oksigen dalam darah hanya mampu bertahan sekitar 15 detik sebelum habis, mengakibatkan otak kekurangan oksigen. Akibatnya, seseorang dapat kehilangan kesadaran dan bahkan mengalami kematian secara mendadak.
Selain masalah pernapasan, proses dekompresi yang terjadi di ruang angkasa dapat menyebabkan pecahnya paru-paru manusia karena tekanan gas yang berlebihan di dalamnya, menurut informasi dari Harvard University. Cairan dalam tubuh seperti darah dan jaringan lunak juga akan menguap akibat fenomena ebulisme. Hal ini dapat menyebabkan pembengkakan dan kemungkinan penyumbatan pembuluh darah di dalam tubuh manusia.
Dengan demikian, anggapan bahwa tubuh akan membeku secara instan tidak sepenuhnya tepat. Meskipun suhu di ruang angkasa sangat rendah, diperlukan waktu yang cukup lama bagi tubuh manusia untuk benar-benar membeku karena perbedaan dalam proses perpindahan panas antara ruang angkasa dan Bumi. Hal yang perlu menjadi fokus utama adalah risiko terhadap sistem pernapasan dan paparan radiasi bagi para astronaut. Keduanya merupakan ancaman serius yang dapat mengancam keselamatan dan kesehatan para astronot di ruang angkasa.