Pernahkah kamu melihat fenomena cloud iridescence? Mungkin kamu akan mengira bahwa fenomena ini mirip dengan pelangi. Fenomena optik yang menarik ini sering kali terlihat dalam bentuk topi pelangi (pileus) yang sering muncul di atas jenis-jenis awan tertentu. Namun, fenomena alam ini berbeda dengan pelangi yang muncul setelah hujan. Jadi, bagaimana cloud iridescence bisa terjadi? Nah, jawaban lengkapnya tentang fenomena alam ini akan diuraikan dalam ulasan berikut ini.
Asal-usul nama irisdescence
Cloud iridescence atau juga dikenal sebagai fire rainbow dan rainbow cloud, merupakan fenomena alam yang sering kali lebih dikenal dengan nama cloud iridescence. Meskipun nama seperti rainbow cloud mungkin lebih gampang diingat, namun istilah cloud iridescence lebih umum digunakan. Kata “iridescence” berasal dari bahasa Yunani yang mengacu pada dewi bernama Iris dalam mitologi Yunani. Iris adalah dewi yang bertugas sebagai perantara pesan melalui pelangi.
Istilah “iridescence” atau “irisasi” digunakan untuk menggambarkan cara benda tertentu menampilkan variasi warna saat sudut pandang berubah, mirip dengan cara proses terjadinya awan ini. Fenomena ini dapat ditemukan dalam berbagai objek sehari-hari seperti bulu, gelembung sabun, sayap kupu-kupu, dan lainnya.
Muncul akibat fenomena optik
Pasti ada pertanyaan yang muncul pertama kali dalam pikiranmu, bagaimana fenomena alam ini terbentuk? Cloud iridescence muncul karena difraksi dari sinar Matahari yang dipantulkan oleh tetesan air atau kristal es yang sangat kecil dan beraturan di dalam sistem awan, terutama pada awan yang relatif tipis atau baru terbentuk. Hal ini menghasilkan pola warna yang berulang, mulai dari biru, hijau, merah, ungu, dan kembali ke biru lagi.
Secara umum, fenomena ini terjadi pada jenis awan pileus seperti lentikular atau alto-kumulus, sirus, dan cirrocumulus. Awan pileus biasanya terbentuk karena udara yang dipaksa naik ke atmosfer atas oleh badai petir, membawa uap air bersamanya. Akibatnya, terbentuklah awan seperti kabut yang tampak seperti kubah bercahaya di atas badai petir. Cloud iridescence kemudian terbentuk di atas awan-awan ini, memberikan penampilan seperti topi di atas awan.
Terjadinya cloud Iridescence berbeda dengan kemunculan pelangi
Meskipun cloud iridescence memiliki warna yang serupa dengan pelangi, namun sebenarnya cahaya yang terlihat melalui kedua fenomena ini dihasilkan melalui proses optik yang berbeda. Cloud iridescence terbentuk melalui fenomena optik yang disebut difraksi, sementara pelangi terbentuk melalui fenomena optik yang disebut refraksi.
Refraksi adalah pembiasan cahaya di dalam medium, di mana cahaya yang masuk ke dalam kristal es atau tetesan hujan akan dibiaskan dan diubah arahnya pada kecepatan dan sudut yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan cahaya putih terurai menjadi berbagai warna yang terlihat pada pelangi atau fenomena halo matahari.
Di sisi lain, difraksi adalah pembelokan cahaya yang terjadi di sekitar objek atau di pinggirannya. Cahaya yang mendekati tetesan hujan atau kristal es akan dibelokkan di sekitar tepinya, menyebabkan terpisahnya cahaya menjadi berbagai warna yang acak dan menciptakan pola interferensi. Selain terjadi pada cloud iridescence, contoh fenomena difraksi dapat ditemukan pada warna yang muncul di kaset DVD, gelembung sabun, dan lapisan minyak.
Waktu terjadinya cloud iridescence
Seperti halnya pelangi, kehadiran cloud iridescence juga sering terkait dengan periode hujan, terutama selama atau setelah badai petir. Jenis-jenis awan pileus akan menghasilkan cloud iridescence yang menyerupai topi pelangi.
Menurut laporan dari National Geographic, cloud iridescence sering terjadi pada sore hari, terutama saat cuaca sangat panas dan lembab, ketika awan kumulus yang merupakan awan berbentuk bola kapas hal biasanya muncul. Namun, di langit Sisilia, fenomena ini pernah terjadi pada malam hari, kemungkinan disebabkan oleh kondisi khusus dari awan dan cahaya yang sesuai.
Bukan termasuk fenomena langka
Meskipun mungkin terlihat sebagai sesuatu yang langka, sebenarnya cloud iridescence bukanlah fenomena alam yang langka. Beberapa bagian Amerika Serikat, kejadian ini cukup umum terjadi selama musim panas. Meskipun beberapa penelitian menyatakan bahwa fenomena awan pelangi sulit ditemukan di wilayah khatulistiwa, di Indonesia, beberapa lokasi seperti Manado, Yogyakarta, dan Surabaya juga pernah menyaksikan dan mengabadikan fenomena ini.
Fenomena ini sering kali terjadi di berbagai wilayah termasuk Indonesia, ketika awan-awan relatif tipis dan memiliki banyak tetesan air atau kristal es yang seragam, serta dipantulkan oleh cahaya dalam ketinggian tertentu. Karena itu, awan yang semi-transparan atau yang baru terbentuk adalah yang paling mungkin menjadi tempat terjadinya fenomena cloud iridescence.