in

Sering Memanaskan Makanan saat Sahur? Ini Dampaknya

Ilustrasi Memanaskan Makanan (Freepik)

Saat sahur, kebanyakan orang lebih memilih memanaskan makanan daripada harus memasaknya dari awal. Berbagai alasan seperti waktu yang sedikit untuk memasak karena telat bangun sahur sehingga lebih sering memanaskan makanan. Memang kebiasaan ini terbilang praktis, tetapi jika dilakukan terlalu sering bisa menimbulkan dampak buruk bagi kesehatan. Berikut adalah berbagai bahaya untuk kesehatan akibat sering memanaskan makanan saat sahur.

Dampak negatif memanaskan makanan saat sahur

Daripada memasak, memanaskan makanan cara paling efektif untuk menikmati makan sahur. Padahal, terlalu sering menghangatkan makanan akan membawa efek yang tidak baik untuk kesehatan. Selain itu, tidak semua makanan bisa dipanaskan kembali secara berulang kali. Oleh karena itu, lebih baik memahami berbagai dampak negatif yang mungkin terjadi akibat sering memanaskan makanan saat sahur.

1. Menurunnya zat gizi pada makanan

Terlalu sering memanaskan makanan bisa mengakibatkan penurunan kualitas zat gizi yang terkandung di dalamnya. Komponen-komponen penting seperti vitamin dan fitonutrien mungkin akan mengalami penurunan bahkan hilang sepenuhnya, menyebabkan tubuh kekurangan asupan gizi yang memadai.

Meskipun tampak sepele, namun mengonsumsi sayuran yang sering dipanaskan dapat mengurangi manfaat kesehatannya. Sayuran seperti brokoli, kubis, dan bayam, misalnya, akan kehilangan nilai gizinya ketika dipanaskan berulang kali. Sebagai akibatnya, alih-alih memberikan manfaat yang dibutuhkan oleh tubuh, risiko kekurangan vitamin justru dapat meningkat karena kehilangan zat gizi yang ada dalam sayuran yang dikonsumsi. Beberapa jenis vitamin yang rentan rusak atau hilang selama proses memasak atau pemanasan, antara lain vitamin C dan B.

2. Memicu masalah pencernaan

Dampak lainnya akibat memanaskan makanan secara berlebihan adalah terjadinya masalah pencernaan. Konsumsi makanan yang sering dihangatkan memiliki rasa yang lebih lezat dan menggoda. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua jenis makanan aman untuk dipanaskan berulang kali, terutama yang mengandung protein tinggi.

Komposisi protein dalam makanan yang telah dimasak dapat mengalami perubahan signifikan saat dipanaskan kembali setelah disimpan di lemari es. Proses pemanasan protein dapat menyebabkan oksidasi asam amino dan nitrogen yang menyebabkan timbulnya masalah pencernaan.

3. Terjadinya keracunan makanan

Memanaskan makanan secara berulang dapat meningkatkan risiko terkena keracunan makanan, yang disebabkan adanya perkembangbiakan bakteri. Meskipun panas mampu membunuh bakteri, namun proses tersebut dapat menghasilkan spora yang beracun jika terjadi pada suhu yang tidak tepat.

Secara faktual, memanaskan makanan pada rentang suhu antara 5 hingga 60 °C menciptakan kondisi yang ideal bagi perkembangbiakan bakteri. Salah satu contoh bakteri yang sering menyebabkan keracunan makanan adalah clostridium botulinum. Bakteri ini dapat menjangkiti berbagai jenis makanan, mulai dari telur, daging, ikan, hingga nasi.

4. Timbul radikal bebas dalam tubuh

Radikal bebas dalam tubuh terkait erat dengan fungsi enzim. Enzim merupakan zat yang penting bagi tubuh dalam menjalankan berbagai proses fisiologis, termasuk pencernaan serta stabilisasi reaksi oksidasi yang dapat merusak sel. Pemanasan dapat menyebabkan kerusakan pada enzim dan mengurangi jumlahnya.

Bahkan, beberapa jenis enzim seperti oksidasi asam amino dapat memproduksi radikal bebas. Dampaknya adalah meningkatnya risiko keberadaan radikal bebas dalam tubuh, yang dapat menyebabkan munculnya penyakit kronis seperti kanker.

Tips aman memanaskan makanan saat sahur

Ilustrasi Memanaskan Makanan (Freepik)

Sebenarnya, memanaskan makanan itu boleh dilakukan pada saat sahur. Namun, perlu diingat bahwa ada  bahaya yang mengancam kesehatan jika terlalu sering memanaskan makanan. Untuk itu, berikut beberapa tips aman memanaskan makanan saat sahur antara lain:

1. Merencanakan menu makanan yang akan dimasak

Merencanakan menu makanan dan menyiapkan bahan-bahan untuk beberapa hari atau seminggu ke depan, dapat membantu mengelola jumlah makanan yang akan diolah atau dimasak secara tepat. Dengan demikian, tidak akan ada sisa makanan yang perlu disimpan dan dihangatkan pada hari berikutnya. Dengan tidak menyisakan makanan secara tidak langsung, kamu juga dapat menghindari risiko dari memanaskan makanan berulang kali.

2. Perhatikan suhu saat menyimpan makanan

Jika terpaksa untuk menyimpan makanan, sangat penting untuk memperhatikan suhu penyimpanan yang sesuai yaitu di bawah 5 °C, guna mencegah perkembangbiakan bakteri yang berbahaya. Terutama untuk bahan makanan yang berasal dari hewan, seperti daging ayam, sapi, atau unggas, sebaiknya disimpan di dalam freezer untuk mengurangi risiko perkembangbiakan bakteri.

Selanjutnya, saat akan menghangatkan makanan, lebih baik ambil sebagian makanan sesuai dengan porsi yang akan dikonsumsi, sementara sisanya tetap disimpan di dalam lemari pendingin. Langkah ini penting untuk menghindari risiko dari memanaskan makanan berulang kali. Perlu diingat juga bahwa makanan yang disimpan di dalam kulkas sebaiknya dikonsumsi dalam waktu paling lama 4 hari ke depan. Sementara makanan yang dibekukan dapat bertahan hingga 3 sampai 5 bulan.

3. Menghangatkan makanan dengan suhu yang tepat

Tips yang harus diingat jika ingin memanaskan makanan adalah memperhatikan suhu yang tepat. Suhu yang dianggap aman untuk memanaskan makanan sisa sebaiknya sekitar 74 °Celsius. Disarankan untuk mengaduk makanan saat dipanaskan agar suhu yang diinginkan dapat tercapai secara merata.

Selain itu, perlu diingat bahwa memanaskan makanan hingga suhu yang lebih tinggi dari yang disarankan dapat mengakibatkan kehilangan nutrisinya. Untuk makanan yang berbentuk cair atau berkuah, pastikan untuk memanaskannya hingga mendidih.