in

Ini yang Terjadi Pada Tubuh saat Kita Marah

Ilustrasi Marah (Freepik)

Marah adalah salah satu emosi manusia yang kompleks dan kuat, sering kali dipicu oleh berbagai stimulus eksternal atau internal. Kita semua pernah mengalami perasaan marah. Emosi ini merupakan respons kompleks terhadap stimulus tertentu, yang sering kali dipicu oleh perasaan lain seperti kesedihan, kekecewaan, atau rasa tidak nyaman.

Namun, selain hanya terkait dengan kondisi emosional seseorang, marah juga memiliki dampak pada kesehatan. Ketika seseorang marah, terjadi serangkaian reaksi fisiologis yang kompleks dalam tubuh.

Mengutip Medical News Today, inilah beberapa hal yang terjadi pada tubuh saat kita sedang marah:

Darah mengalir ke otak

Ketika marah, aliran darah langsung menuju frontal cortex. Ini adalah bagian otak yang mengatur fungsi kognitif. Hal ini dapat mengganggu kemampuan berpikir secara rasional, lalu menyebabkan kita cenderung bertindak secara impulsif dan kemudian menyesalinya. Sebagai langkah pengendalian diri, disarankan untuk menghitung dari satu hingga sepuluh sebelum bertindak. Pasalnya, saat sedang marah kemampuan otak untuk berpikir rasional sedang tidak optimal selama kemarahan.

Tekanan darah meningkat dan berisiko menimbulkan serangan jantung

Selain itu, tekanan darah, suhu tubuh, kecepatan pernapasan, detak jantung, dan dilatasi pupil mata semuanya meningkat secara bersamaan. Ini adalah respons tubuh yang wajar saat marah. Namun, sering merasakan kemarahan dapat memberi tekanan tambahan pada jantung dan dapat merusak kesehatan jantung secara keseluruhan.

Ketika marah, lobus prefrontal otak, yang bertanggung jawab atas penalaran rasional menutup dan area belakang otak yang lebih refleksif mengambil alih kendali. Respons hormonal dan kardiovaskular kemudian bergerak.  Akibatnya, individu yang sering marah memiliki risiko lebih tinggi terkena serangan jantung dibandingkan dengan mereka yang tidak.

Suatu studi yang diterbitkan pada tahun 2015 di Jurnal European Heart: Acute Cardiovascular Care, menemukan bahwa risiko serangan jantung meningkat hingga 8,5 kali lipat dalam dua jam setelah ledakan kemarahan yang intens. Respon tubuh ketika marah dapat mengarahkan sistem saraf untuk mengurangi aliran darah ke perut dan mengalihkannya ke otot-otot hingga berdampak pada pencernaan.

Tubuh melepaskan hormon stres

Ketika seseorang marah, sistem saraf otonomnya terlibat dalam merespons rangsangan tersebut. Sistem saraf simpatis, atau yang dikenal sebagai sistem “fight or flight” atau “bertarung atau lari” teraktivasi. Ini menyebabkan pelepasan hormon stres seperti adrenalin dan noradrenalin ke dalam aliran darah. Hormon-hormon ini meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan aliran darah ke otot-otot, siap untuk bertindak.

Selain adrenalin, respons marah juga menghasilkan peningkatan kadar hormon kortisol. Kortisol dikenal sebagai hormon stres yang diproduksi oleh kelenjar adrenal. Peningkatan kadar kortisol memengaruhi sistem kekebalan tubuh, metabolisme, dan fungsi kognitif. Setelahnya, aliran darah yang biasanya menuju perut dan usus akan dialihkan ke otot-otot tubuh sehingga menyebabkan terjadinya ketegangan. Inilah sebabnya mengapa saat marah, kita sering kali melakukan gerakan fisik yang terasa tak terkendali.

Peningkatan aktivitas otak

Marah juga mempengaruhi aktivitas di beberapa area otak seperti amigdala dan korteks prefrontal. Amigdala bertanggung jawab atas pengolahan emosi, termasuk rasa takut dan marah. Sementara itu, korteks prefrontal terlibat dalam pengambilan keputusan dan pengendalian impuls. Ketidakseimbangan aktivitas antara kedua area ini dapat mempengaruhi respons emosional dan perilaku saat marah.

Otot menegang

Marah juga sering disertai dengan peningkatan ketegangan otot. Ini dapat membuat seseorang merasa tegang atau siap untuk bertindak. Peningkatan ketegangan otot juga dapat menyebabkan gejala fisik seperti sakit kepala atau ketegangan otot.